Menikah Dengan Teman Sekampung

Whatsapp saya menerima sebuah message humor tentang “Jangan menikah dengan teman sekampung”.  Saya pikir apa masalahnya menikah dengan teman sekampung? Gak ada masalah sebenarnya. Tapi setelah saya baca, akhirnya saya ketawa juga, karena maksud dari teman sekampung itu adalah teman-teman satu kampung, alias seluruh teman di kampung. Jadi, menikah hanya dengan satu orang saja, jangan dengan orang sekampung, kebanyakan. Begitulah maksudnya.

Kisah lucu ini menarik juga untuk dibahas, karena berhubungan dengan hati nurani kita. Nurani kita sudah diberikan pengetahuan tentang yang baik dan yang jahat.  Oh ya, bacaan Alkitab hari ini adalah: Kejadian 4 – 6.  Ada 3 pasal yang menceritakan tentang keturunan Adam dan Hawa, serta kisah tentang nabi Nuh.

Kita akan fokus dulu pada ayat Kejadian 6:2, tertulis:
“maka anak-anak Allah melihat, bahwa anak-anak perempuan manusia itu cantik-cantik, lalu mereka mengambil isteri dari antara perempuan-perempuan itu, siapa saja yang disukai mereka.”

Istilah anak-anak Allah dalam ayat ini sama artinya dengan manusia laki-laki keturunan Adam dan Hawa. Kita mengetahui dari ayat ini, bahwa mereka mengawini siapa saja perempuan yang mereka sukai.  Lalu ayat selanjutnya menunjukkan kemarahan Tuhan pada perilaku ini. Allah tidak menyukai perkawinan bebas semacam ini, karena Ia telah mengatur pernikahan sejak awal mula penciptaan. Allah hanya menciptakan satu Hawa untuk satu Adam. Allah tidak menciptakan dua, tiga atau empat Hawa untuk Adam, juga sebaliknya Allah tidak menciptakan 2, 3 atau 4 Adam untuk seorang Hawa.  Pernikahan adalah komitmen kesetiaan antara satu pribadi dan satu pribadi.

TUHAN menyatakan murka-Nya melalui pembinasaan seluruh ciptaan dengan air bah. Tapi Nuh dan keluarganya mendapatkan kasih karunia TUHAN, karena Nuh bergaul dengan TUHAN.

Kecenderungan hati manusia adalah berbuat jahat (Kejadian 6:5). Dosa dan kejahatan seksual merajalela ketika jaman Nuh. Dan ini merupakan dosa yang tidak disukai oleh TUHAN.

Maka TUHAN pun membinasakan seluruh manusia yang ada dan seluruh binatang kecuali Nuh dan keluarganya serta binatang yang disisihkan untuk diselamatkan, setiap jenis sepasang. Perhatikan juga bahwa binatang pun Tuhan buat sepasang-sepasang untuk berketurunan. Manusia dibuat sepasang, laki-laki dan perempuan, satu Adam dan satu Hawa. Jadi pernikahan adalah komitmen perjanjian antara dua orang untuk menjadi satu dalam pernikahan yang dikuduskan dan diberkati TUHAN.

Perselingkuhan adalah dosa, pengkhianatan dalam pernikahan merugikan diri sendiri dan pasangan serta membawa kutuk dalam rumah tangga. Dosa akan memberikan konsekuensi yang harus ditanggung. Maka, hindarilah dosa perbuatan kejahatan seksual karena ini adalah kekejian di hadapan TUHAN.

TUHAN akan menolong kita untuk selalu kuat dalam menghadapi berbagai cobaan dan godaan hawa nafsu kedagingan kita, asal kita mau menyerahkan hati dan pikiran kita kepada kedaulatan kehendak-Nya.

Diusir Agar Berintegritas

“Lalu TUHAN Allah mengusir dia dari taman Eden supaya ia mengusahakan tanah dari mana ia diambil. Ia menghalau manusia itu dan di sebelah timur taman Eden ditempatkan-Nyalah beberapa kerub dengan pedang yang bernyala-nyala dan menyambar-nyambar, untuk menjaga jalan ke pohon kehidupan.” (Kejadian 3:24)

Bacaan hari ini: Kejadian 1-3

Adam dan Hawa diusir setelah melakukan dosa, memakan buah yang dilarang oleh TUHAN Allah.  Selanjutnya mereka diusir dari Taman Eden supaya mereka tidak memakan buah dari pohon Kehidupan, karena bila mereka memakan buah itu, maka mereka dapat hidup selamanya.

Pengusiran dan penjagaan taman Eden, khususnya dengan tujuan agar manusia tidak memakan buah pohon kehidupan menjadi suatu perenungan bagi kita yang sangat menarik.

Hal ini perlu kita renungkan bersama:
Pada awalnya, TUHAN Allah tidak melarang manusia untuk memakan buah dari pohon kehidupan, yang dilarang adalah memakan buah dari pohon pengetahuan yang baik dan jahat. Sesudah berdosa pun, TUHAN tidak melarang mereka memakan buah pohon kehidupan, akan tetapi TUHAN mencegah mereka, karena mereka telah berdosa. Bila mereka makan dan hidup selamanya, maka dosa pun akan selamanya ada, makanya mereka diusir dari taman Eden, sebab dosa tidak disukai oleh TUHAN, dosa harus diakhiri.

Untuk mengalami kehidupan yang kekal, maka TUHAN menginginkan agar manusia dapat dipercaya dan bertanggung jawab. Manusia yang seharusnya bisa mendapatkan hidup kekal selamanya dengan cara makan buah pohon kehidupan, menjadi manusia yang fana dan dapat mati.  Engkau akan kembali menjadi debu, demikian firman TUHAN.   Ini merupakan penghukuman TUHAN, konsekuensi dan upah dari dosa yang manusia perbuat.

TUHAN mencegah manusia memakan buah pohon kehidupan itu, karena mereka tidak dapat dipercaya. Maka untuk melihat apakah manusia dapat dipercaya, maka mereka disuruh keluar dan diuji dalam berbagai situasi kehidupan, apakah mereka mencari TUHAN, berharap pada TUHAN, ataukah tidak. TUHAN masih dapat ditemui bila manusia mau mencari-Nya. TUHAN pun mau menyatakan diri-Nya kepada umat ciptaan-Nya melalui berbagai cara, yakni melalui alam ciptaan, melalui firman-Nya dalam Alkitab, melalui para nabi dan rasul yang diutus oleh Tuhan. Dan paling penting, TUHAN berbicara dan menyatakan diri-Nya dalam pribadi Yesus Kristus. TUHAN menjadi manusia, agar manusia mengenal Dia.

Maka pelajaran ini adalah penting bagi kita untuk disadari, bahwa kehidupan di luar taman Eden, yaitu kehidupan kita yang sekarang ini, merupakan proses yang TUHAN ijinkan untuk kita dapat menunjukkan apakah kita dapat dipercaya oleh TUHAN atau tidak.
Caranya adalah dengan setia dan taat dalam melakukan firman-Nya.
Hidup yang kita jalani sekarang haruslah mencerminkan pengabdian dan tanggung jawab kepada TUHAN, untuk menunjukkan bahwa kita berintegritas.

Rangkuman Kejadian 1-3:
Kisah tentang penciptaan alam semesta, bumi dan isinya. TUHAN menciptakan semua dalam 6 hari, pada hari ke-7,  Ia beristirahat dari pekerjaan penciptaan. Semua ciptaan jadi dengan firman-Nya, namun manusia lebih spesial karena TUHAN membentuk dengan tangan-Nya sendiri, dari tanah liat menjadi manusia. Manusia dibentuk dan diciptakan segambar dan serupa dengan TUHAN Allah.  Segala sesuatu yang dibuat oleh TUHAN adalah sangat baik. Ia menciptakan semua dalam kesempurnaan.  Ia bermaksud agar keindahan itu dinikmati oleh seluruh ciptaan-Nya.
Kejatuhan manusia ke dalam dosa oleh karena godaan Ular. Mengapa Ular tahu sesuatu tentang buah pengetahuan yang baik dan yang jahat itu? Ini menjadi suatu pertanyaan yang cukup penting, karena berhubungan dengan siapakah yang dimaksud dengan ular itu. Di dalam Wahyu12:9 dan 20:2, Ular di taman Eden disebut sebagai Iblis.  Iblis menguasai dan memakai ular itu sebagai sarana untuk mencobai manusia.
Pada akhirnya, manusia, Adam dan Hawa, diusir keluar dari taman Eden. Ular menerima kutukan, Hawa menerima kutukan, dan Adam pun menerima kutukan karena dosa. Dosa telah merusak keadaan bumi, sehingga menjadi tidak sempurna. Tanah tidak lagi menghasilkan sebagaimana awalnya. Penderitaan dan kesusahan menjadi bagian dari kehidupan manusia dan semua yang di bumi, oleh karena dosa.

Kembali Ke Selera Asal

Walaupun sudah cukup lama tinggal di Kota Praha, Republik Ceko, selera saya akan makanan masih tetap sama. Sukar rasanya untuk mengubah kebiasaan memakan makanan Indonesia.  Kalau pergi ke mall lalu ke foodcourt, kami sekeluarga sering mencari makanan Asia, lebih tepatnya Chinese food. Ya, karena restoran Indonesia hanya ada satu di Praha, jadi sulit untuk mencari makanan Indonesia. Tak ada rotan, akar pun jadi, maka makanan jenis inilah, Chinese food, yang rasanya paling cocok di lidah kami.  Makanan khas Ceko memang banyak juga yang enak, seperti Gulas dengan Knedliknya, namun namanya selera susah pindah ke lain makanan.

Saya jadi termenung akan fenomena ini. Sebuah fenomena dimana kita akan kembali ke selera asal. Pada dasarnya semua orang akan kembali ke selera asalnya, karena sudah terbiasa makan makanan yang menjadi tradisi dan sudah mendarah daging, ya istilahnya seperti itulah kira-kira.

Nah, sehubungan dengan itu, saya tiba-tiba merasa bahwa ada koneksi antara hal ini dengan kehidupan kita secara holistik, baik jasmani maupun rohani. Di dalam kita ada yang namanya “hati nurani” atau “conscience”, sebuah pemberian Tuhan di dalam kita yang menjadi tempat dimana suara kebenaran itu muncul.  Hati nurani tentu bisa tercemar, tetapi walaupun demikian, hati nurani masih menjadi salah satu sarana yang dipakai Tuhan untuk menegur kita.

Jadi, apa hubungan antara makanan dan kehidupan kita adalah bahwa bagaimana keadaan kita, apakah menjauh dari Tuhan, pada akhirnya kita akan merasakan terpanggil untuk kembali kepada Tuhan. Ya, inilah yang saya sebut “kembali ke selera asal.”  Cukup sering saya melihat dan mendengar, orang-orang yang sudah mendekati ajalnya, meskipun dulunya hidupnya “ugal-ugalan”, pada akhirnya mereka ingin dan mau kembali kepada Tuhan.  Mereka mencari tahu siapa Tuhan dan berusaha untuk mendekat kepada Tuhan, meminta ampun dan mohon kasih karunia-Nya.

Tentu kita tidak mau pada saat menjelang akhir hidup kita, baru kemudian kita sadar dan kembali kepada Tuhan. Jangan kayak gitu, syukur-syukur kalo masih sempet, nah kalo gak sempat menemukan Tuhan gimana?

Inilah saatnya sekarang ini, bukan besok ya, sekarang ini , untuk kita kembali kepada Tuhan, apabila hidup kita selama ini telah begituuuuu jauuuh dari Tuhan. Tuhan pun sebenarnya sedang menunggu kita untuk kembali.

Nih ada ayatnya yang ingin saya bagikan disini:
Karena itu beginilah jawab TUHAN: “Jika engkau mau kembali, Aku akan mengembalikan engkau menjadi pelayan di hadapan-Ku, dan jika engkau mengucapkan apa yang berharga dan tidak hina, maka engkau akan menjadi penyambung lidah bagi-Ku. Biarpun mereka akan kembali kepadamu, namun engkau tidak perlu kembali kepada mereka. (Yeremia 15:19)

Ayat ini berbicara tentang nabi Yeremia yang disuruh Tuhan untuk melayani-Nya. Nah, kisah selengkapnya bisa saudara baca sendiri. Nanti pembahasannya mungkin di lain kesempatan. Disini saya ingin membagikan tentang apa yang saya dapatkan ketika membaca ayat ini:
1. Kita semua adalah milik Tuhan yang diciptakan oleh Tuhan untuk suatu maksud yang mulia. Oleh karena itu, kita seharusnya selalu ada bersama Dia, dalam rancangan-Nya bagi kita. Bila kita telah menjauh dari rancangan-Nya, maka kita harus kembali. Putar arah kehidupan kita, jangan sampai kita semakin jauh hingga terlalu jauh dan menjadi terpisah selamanya dari Tuhan. Hanya di dalam Tuhan lah kita akan mengalami kedamaian.
2. Kembali kepada Tuhan itu berarti bahwa kita bertobat dari yang jahat dan melakukan yang baik, Hal ini tercermin dari perkataan kita. Jangan berkata yang hina atau yang tidak berharga.  Dimana-mana, semua bangsa punya kata-kata makian yang khas bangsanya masing-masing. Jangan ngomong sembarangan, dan jagalah perkataan kita. Intinya adalah menjaga hati kita agar selalu bersih.
3. Kalau kita kembali kepada Tuhan, maka kita akan dipakai oleh-Nya menjadi alat kemuliaan-Nya untuk memancarkan cahaya bagi dunia yang gelap ini. Kedengaran klise mungkin bagi saudara, tapi sebenarnya ini adalah sebuah kenyataan. Ya, karena kita itu dipakai Allah sebagai alat-Nya di dunia ini, agar setiap orang yang mengenal kita melihat nilai-nilai yang baik dalam diri kita dan memuliakan Tuhan.

Jadi, saudara yang dikasihi Tuhan, lihatlah posisi kehidupan kita saat ini, apakah masih bersama Tuhan atau menjauh dari Tuhan? Tuhan menunggu kita kembali, karena Ia mengasihi kita dengan kasih yang kekal.
Jangan tunggu besok, kembalilah kepada Tuhan, bertobatlah hari ini, sekarang ini.  Berdoalah kepada Tuhan dengan bahasamu sendiri, dengan kata-kata yang keluar dari dalam hati, mintalah pengampunan Tuhan dan kasih karunia-Nya. Berkomitmenlah untuk setia kepada Tuhan untuk melayani-Nya dan hidup dalam firman-Nya. Tuhan Yesus memberkati dan menolong saudara. Amin.

3 Hal Ini Menyebabkan Kegagalan Dalam Proses

Proses diperlukan untuk mencapai suatu hasil. Allah sering memproses manusia untuk menjadikannya sesuai dengan apa yang Ia kehendaki.
Umat Israel diproses selama 40 tahun di padang gurun sebelum masuk tanah Perjanjian.
Yusuf diproses selama kurang lebih 13 tahun sebelum menjadi wakil Firaun di Mesir.
Musa diproses  selama 40 tahun di tanah Midian sebelum dia dipakai Tuhan menjadi pemimpin umat Israel.

Proses demi proses itu ada yang terasa tidak enak, kadangkala membuat kita mengalami tekanan, kesulitan atau penderitaan. Tapi, semua proses itu bertujuan untuk menguji dan sekaligus membentuk kita menjadi pribadi yang berkenan kepada Tuhan.

Dalam proses tersebut ada saja orang yang mengalami kegagalan. Kita semua bisa gagal atau berhasil dalam proses itu, tergantung dari bagaimana kita menghadapinya.

Berikut ini adalah 3 penyebab kegagalan dalam menjalani proses:
1. Tidak Sabar
Setiap orang perlu memiliki kesabaran agar ia dapat kuat menjalani proses. Alkitab menyebutkan tentang ketekunan yang erat sekali hubungannya dengan kesabaran. Tekun dan sabar menjadi salah satu kunci agar dapat lulus ujian proses dari Tuhan.
Roma 12:12 menyebutkan agar kita sabar dalam kesesakan. 2 Timotius 4:5 mengatakan agar kita sabar dalam penderitaan. Bersabarlah!
2. Tidak berpikir jauh ke depan
Kita tentu punya pikiran tentang hari ini, tentang masa kini, namun ingatlah bahwa kita hidup dalam suatu frame waktu yang ditetapkan Allah. Memang kita tidak mengetahui umur kita sampai kapan, namun intinya adalah bahwa kita tidak boleh terlalu terfokus pada hari ini atau masa tertentu dalam kekinian. Kita harus sadar bahwa Allah punya rencana untuk hari depan kita yang baik, indah dan penuh dengan harapan.
Yeremia 29:11 mengatakan:
“Sebab Aku ini mengetahui rancangan-rancangan apa yang ada pada-Ku mengenai kamu, demikianlah firman TUHAN, yaitu rancangan damai sejahtera dan bukan rancangan kecelakaan, untuk memberikan kepadamu hari depan yang penuh harapan.”
3. Hawa nafsu
Kita bisa jatuh dalam kegagalan mengikuti proses bila diri kita dikuasai oleh berbagai hawa nafsu duniawi. Kesenangan akan dosa, pemenuhan keinginan daging, ego, dan kesombongan, dapat membawa kita jatuh dan jatuh terus dalam proses.
Bangsa Israel menjadi contoh tentang dosa hawa nafsu dan keserakahan.
Apapun namanya dosa, bila kita cari intinya, maka hawa nafsulah penyebabnya.
1 Petrus 1:14 berkata: “Hiduplah sebagai anak-anak yang taat dan jangan turuti hawa nafsu yang menguasai kamu pada waktu kebodohanmu.”

Mari sadarilah bahwa hidup kita ini adalah anugerah Tuhan yang indah. Bila kita ada dalam proses saat ini, maka janganlah mundur atau putus asa, jangan bersungut-sungut, jangan kehilangan iman, melainkan tetaplah setia kepada Tuhan Yesus, dalam setiap proses yang Ia ijinkan dalam kehidupan  kita.

Shekinah Allah Nampak Dalam Diri Orang Percaya

Shekinah atau kemuliaan Allah dapat nampak dalam diri dan kehidupan orang-orang percaya. Musa mengalami Shekinah ini ketika ia turun dari atas gunung dan bangsa Israel melihat wajahnya bercahaya.
Shekinah berasal dari bahasa Ibrani, yang artinya “tempat tinggal (Allah)”, digunakan untuk melukiskan atau menerangkan tentang perwujudan kehadiran Allah.

Kita mungkin ingin mencari tahu bagaimana cara agar Shekinah itu nampak dalam kehidupan kita. Kita ingin seperti Musa yang wajahnya bercahaya. Kita mungkin ingin mempunyai aura yang cemerlang sebagaimana istilah yang sering dipakai saat ini yaitu aura. Kita ingin agar orang lain melihat kemuliaan Allah itu ada pada diri kita.

Saudara yang dikasihi Tuhan Yesus Kristus, marilah kita merenungkan bagaimana Shekinah atau kemuliaan Allah itu bisa nampak dalam kehidupan kita. Alkitab mengatakan bahwa tubuh kita adalah bait Allah.
1 Korintus 3:16, “Tidak tahukah kamu, bahwa kamu adalah bait Allah dan bahwa Roh Allah diam di dalam kamu?”

Sadarilah bahwa sesungguhnya kita telah menjadi Shekinah Allah karena Allah diam dan tinggal di dalam kita.

Lalu bagaimana agar kemuliaan Allah itu nampak dan bisa dirasakan atau dilihat oleh orang lain? Inilah jawabannya:

Hiduplah sesuai dengan kehendak Firman Tuhan. Berpikirlah, berkatalah dan bertindaklah sesuai dengan kehendak Firman Tuhan.
Caranya agar kita dapat berpikir, berkata dan bertindak sesuai Firman Tuhan adalah membaca Firman Tuhan sesering mungkin, merenungkanNya dan melakukannya dalam kehidupan kita.

Demikianlah caranya agar Shekinah Tuhan dapat nampak melalui kehidupan kita bagi orang lain dan bagi dunia yang gelap ini.

Percaya Atau Tidak

Dan ketika Yesus mengetahui apa yang mereka perbincangkan, Ia berkata: “Mengapa kamu memperbincangkan soal tidak ada roti? Hai orang-orang yang kurang percaya! Belum juga kamu mengerti? Tidak kamu ingat lagi akan lima roti untuk lima ribu orang itu dan berapa bakul roti kamu kumpulkan kemudian?  Ataupun akan tujuh roti untuk empat ribu orang itu dan berapa bakul kamu kumpulkan kemudian? (Matius 16:8-10)

Murid-murid memberikan reaksi berbeda ketika Tuhan Yesus berbicara tentang “ragi” orang Farisi.  Maksud Tuhan Yesus adalah agar mereka berhati-hati terhadap ajaran orang Farisi yang dapat mencemari keseluruhan ajaran yang benar sehingga pada akhirnya menjadi salah.  Mendengar soal ragi, murid-murid malah berbisik-bisik dan berkata bahwa mungkin Tuhan Yesus berbicara tentang ragi karena mereka tidak membawa roti. Interpretasi para murid menyebabkan teguran dari Tuhan Yesus kepada mereka. “Mengapa kamu memperbincangkan soal tidak ada roti? Hai orang-orang yang kurang percaya!”, lalu Yesus mengingatkan mereka kembali akan mujizat roti untuk ribuan orang.

Dalama ayat ini jelas bahwa Tuhan Yesus menyebutkan kembali tentang mujizat 5 roti dan 2 ikan untuk lima ribu orang dan 7 roti (dan 5 ikan) untuk empat ribu orang.  Dua peristiwa pelipatgandaan yang berbeda kejadian dan tempatnya. Sayang sekali, dua peristiwa mujizat itu tidak begitu tertanam dalam hati para murid sehingga mereka masih saja terombang ambing dalam ketidakpercayaan.

Memaknai mujizat pelipatgandaan roti dan ikan, ada sebagian yang berpendapat bahwa itu bukanlah mujizat pelipatgandaan karena semua orang membawa bekal masing-masing dan mereka mengeluarkan bekal mereka saat itu, dimana sebelumnya mereka menyembunyikan bekal mereka. Suatu interpretasi yang aneh dari kisah yang jelas-jelas bermakna mujizat.

Apakah ini mujizat atau bukan akan sangat berpengaruh pada persepsi kita tentang Tuhan. Ini tentu terserah kepada kita masing-masing. Karena ada orang yang berusaha mengerti Alkitab dengan rasio logika, maka mereka mencoba mencari arti lain dari kisah-kisah Alkitab.

Alkitab bukanlah dongeng, bukan “fairy tales”!  Kisah-kisah mujizat dalam Alkitab adalah peristiwa-peristiwa yang benar-benar terjadi. Tinggal terserah kita, apakah kita mau mempercayainya sebagai mujizat atau tidak.

Saudara yang pilih, percaya atau tidak. Tuhan tidak memaksa saudara, Tuhan tidak memaksa kita. Cuma, Tuhan heran akan ketidakpercayaan kita. Namun, alangkah baiknya bila kita percaya kepada Tuhan dan percaya bahwa Dia sanggup melakukan segala sesuatu.  Sebab, tanpa iman tidak seorangpun dapat berkenan kepada Allah. (Ibrani 11:6)

Bersyukur Selalu

” Aku bersyukur kepada Dia, yang menguatkan aku, yaitu Kristus Yesus, Tuhan kita, karena Ia menganggap aku setia dan mempercayakan pelayanan ini kepadaku —” (1 Timotius 1:12)

Dalam penjara Rasul Paulus menuliskan surat dan menyatakan pengucapan syukurnya kepada Tuhan.  Ini merupakan suatu tanda penyerahan dan sukacita atas apapun yang terjadi dalam kehidupannya.  Penjara di jaman itu tentu  tidak enak, dan tidak nyaman. Ia dipenjarakan bukan karena suatu tindakan kriminal, melainkan karena pelayanan pekabaran Injil.

Mari kita renungkan bahwa ini adalah suatu keadaan yang sulit bagi rasul Paulus. Dalam konteks yang lebih luas, ada banyak orang beriman yang mengalami kesusahan kala itu oleh karena ancaman, aniaya dan berbagai macam penderitaan.

Bagaimana dengan kita saat ini? Apakah keadaan sulit dalam kehidupan kita membuat kita kehilangan sukacita? Apakah tantangan dalam pelayanan membuat kita ingin mundur dari dedikasi dan komitmen kita kepada Tuhan? Apakah kita kehilangan sukacita karena tantangan dan kesulitan itu?

Apakah kita kehilangan sukacita karena sulitnya pekerjaan? Sulitnya pergumulan hidup dalam mencukupi kebutuhan sehari-hari? Apakah kita menjadi kecewa dan muram serta sedih karena semua kesusahan itu?

Mari pikirkan dan renungkan kembali, apakah semua kesulitan itu sebegitu besarnya sehingga menghalangi sukacita ilahi dalam diri kita dan menghalangi kita untuk mengucap syukur pada Tuhan?

Saudara yang dikasihi Tuhan, pikirkanlah dan catat satu demi satu kebaikan Tuhan dalam kehidupan kita. bersyukurlah dalam segala sesuatu dan bersukacitalah.

Kekuatan dari Tuhan Yesus Kristus akan memampukan kita untuk menjalani hari demi hari dengan penuh sukacita dan ucapan syukur.

Mempengaruhi, Bukan Dipengaruhi

Kemudian berkatalah Yosua kepada bangsa itu: “Kamulah saksi terhadap kamu sendiri, bahwa kamu telah memilih TUHAN untuk beribadah kepada-Nya.” Jawab mereka: “Kamilah saksi!” (Yosua 24:22) 

Ada sebuah tulisan tentang pertemanan:

“Aku pergi keluar untuk mencari seorang teman, tetapi tak seorangpun kutemukan.
Aku pergi keluar untuk menjadikan diriku sebagai seorang teman, dan aku pun mendapatkan
teman dimana-mana.”

Dalam pergaulan, menjadikan diri kita sebagai teman, merupakan tindakan yang aktif dalam mempengaruhi orang lain.  Seringkali, kita berpikir untuk tidak dipengaruhi oleh pergaulan yang buruk dan oleh karenanya kita pun mengambil sikap untuk menjauhinya. Padahal, ada saat dimana kita dapat berperan untuk memberi pengaruh kepada orang lain tentang kebaikan, sikap hidup yang benar, kejujuran dan kesalehan.

Caesar, seorang mahasiswa asal Meksiko, berada dalam satu kelompok dengan mahasiswa-mahasiswa lain dalam suatu program pendidikan yang dibiayai Erasmus, di sebuah kota di Eropa.  Kebiasaan hidup sebagian besar mahasiswa yang hedonis, tidak mempengaruhi pendiriannya untuk melakukan kebiasaan pergi ke gereja setiap hari Minggu. Sementara teman-teman yang lain tidur dan bersantai di hari Minggu, Caesar justru seringkali mengajak beberapa teman untuk pergi bersama ke gereja.  Dalam komunitas lingkungan pertemanan di kampus, ia tidak dipengaruhi oleh perilaku buruk orang lain, tetapi ia berperan dalam memberikan pengaruh.  Ia tidak menjauhi mereka, tapi ia tinggal bersama mereka, menjadi teman bagi mereka, dan menjadi saksi Kristus.

Pergaulan yang baik bukanlah ditentukan dari orang-orang di sekitar kita, melainkan dari sikap diri kita sendiri. Pergaulan itu dapat dikatakan baik, bilamana kita dapat menjadi terang Kristus dan memberi teladan hidup bagi teman-teman di lingkungan pergaulan kita. (BT)

Suara Terompet dan Lingkaran di Langit Israel

Munculnya lingkaran awan aneh dan suara terompet di Israel pada bulan Oktober 2016 yang lalu mendapatkan tanggapan dari NASA bahwa fenomena tersebut adalah fenomena alam yang normal.

Akan tetapi, apapun penjelasan ilmiah dari fenomena ini tetaplah perlu mendapatkan perhatian dari kita semua.  Alkitab menyebutkan tentang tanda-tanda di langit yang harus kita perhatikan sebagai tanda akan datangnya hari akhir.  Kitab Wahyu juga menyebutkan adanya 7 Sangkakala.

Perhatikanlah bahwa semua mujizat yang terjadi sejak jaman dulu, diklaim sebagai fenomena alam yang normal, contoh: terbelahnya Laut Merah bagi bangsa Israel disebut karena adanya angin yang keras yang menekan air laut hingga naik dan terbagi dua.  Namun demikian, mujizat tetaplah mujizat.

Semua dapat dijelaskan secara ilmiah nampaknya, tapi perhatikan bahwa setiap tanda apapun harus kita perhatikan dan renungkan, apakah ada makna atau sesuatu tanda yang Tuhan sedang tunjukkan bagi kita semua.

Lakukanlah selalu yang baik dan hiduplah kudus sebagaimana Allah itu adalah kudus adanya.

 

Pekerjaan-Pekerjaan Yang Lebih Besar

Setiap orang yang percaya kepada Tuhan Yesus Kristus mempunyai setidaknya satu ciri yang sama, yakni melakukan apa yang Tuhan Yesus lakukan.  Ya, inilah ciri yang seharusnya nampak dalam kehidupan setiap orang beriman.

Dalam Yohanes 14:12 tertulis perkataan Tuhan Yesus: “Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya barangsiapa percaya kepada-Ku, ia akan melakukan juga pekerjaan-pekerjaan yang Aku lakukan, bahkan pekerjaan-pekerjaan yang lebih besar daripada itu. Sebab Aku pergi kepada Bapa.” Perkataan Tuhan Yesus mengandung makna bahwa bukan saja pekerjaan yang sama dengan yang dilakukan oleh Tuhan Yesus, melainkan juga pekerjaan-pekerjaan yang lebih besar daripada apa yang telah dilakukan oleh-Nya, itulah yang akan dilakukan oleh orang-orang percaya.  Mengapa? Karena  Tuhan Yesus pergi kepada Bapa.  Apa maksud pernyataan : “Sebab Aku pergi kepada Bapa” ? Maksudnya adalah bahwa Tuhan Yesus akan pergi kepada Bapa di sorga, memerintah dari sorga dan mengirimkan Roh Kudus kepada setiap orang percaya memampukan mereka melakukan kuasa dan pekerjaan -pekerjaan yang lebih besar itu.

Pekerjaan-pekerjaan apa yang seharusnya kita lakukan? Memberitakan kabar baik dan membawa orang lain kepada Kristus, serta mengadakan mujizat-mujizat sesuai kehendak Tuhan.  Doa-doa yang kita naikkan ketika kita melakukan pekerjaan-pekerjaan-Nya, akan didengar dan dijawab untuk kemuliaan nama Tuhan.  Pekerjaan-pekerjaan setiap orang percaya, akan menjadi lebih besar dalam jumlah dan jangkauan.  Di era sekarang ini, semakin jelas bahwa jangkauan pemberitaan Injil menjadi lebih luas oleh karena perkembangan teknologi. Kuasa Tuhan pun tidak dibatasi oleh jarak, dimanapun kita berdoa untuk orang lain, maka kuasa Tuhan itu tetap sama dan dapat menjangkau setiap tempat.      

Sudahkah kita melakukan pekerjaan-pekerjaan yang Tuhan Yesus lakukan?

Menjaga Perdamaian Dan Memuliakan Tuhan

Banyak orang saling bermusuhan di masa menjelang suatu Pemilihan Kepala Daerah. Bahkan di Amerika Serikat pun, terjadi perpecahan karena pemilihan presiden menyebabkan munculnya dua kubu yang bertentangan dalam masyarakat. Serangan-serangan dan kata-kata yang bernada cemooh bertebaran di berbagai kolom komentar media-media online.

Pilkada di Indonesia pun terasa begitu panasnya. Tapi itu sebenarnya tergantung pada keadaan hati kita pribadi. Soal ‘panas’ atau ‘dingin’ menyikapi situasi politik adalah tergantung keputusan hati kita.  Sebenarnya bukanlah panas atau dingin, tapi lebih tepatnya adalah suasana hati kita haruslah dipenuhi dengan damai sejahtera dari Tuhan.

Dalam Korintus 3:15-17 tertulis demikian:
Hendaklah damai sejahtera Kristus memerintah dalam hatimu, karena untuk itulah kamu telah dipanggil menjadi satu tubuh. Dan bersyukurlah. Hendaklah perkataan Kristus diam dengan segala kekayaannya di antara kamu, sehingga kamu dengan segala hikmat mengajar dan menegur seorang akan yang lain dan sambil menyanyikan mazmur, dan puji-pujian dan nyanyian rohani, kamu mengucap syukur kepada Allah di dalam hatimu. Dan segala sesuatu yang kamu lakukan dengan perkataan atau perbuatan, lakukanlah semuanya itu dalam nama Tuhan Yesus, sambil mengucap syukur oleh Dia kepada Allah, Bapa kita.

Ada 3 hal prinsip yang perlu kita miliki agar hidup kita selalu penuh dengan damai sejahtera Allah, yaitu:

  1.  Mengijinkan damai sejahtera Allah memerintah dalam hati kita.
    Bila kita mau agar hati kita selalu dipenuhi dengan damai, maka ijinkanlah damai sejahtera Allah itu memerintah dalam hati kita. Rasakan dan nikmati damai sejahtera-Nya, sadarilah bahwa Roh Kudus memberikan kepada kita damai sejahtera, bukan ketakutan, perpecahan, atau perseteruan.  Situasi diluar sana boleh saja panas, tapi bila hati kita selalu dipenuhi dengan damai sejahtera-Nya maka kita akan selalu mengalami ketenangan, kedamaian dan kebahagiaan.  Damai sejahtera itu tidak tergantung pada faktor eksternal kita. Jadi, walaupun keadaan tidak sesuai dengan harapan dan keinginan, hati ini akan selalu damai karena Allah.
  2. Mengijinkan Perkataan Kristus ada dalam kehidupan kita. Artinya adalah agar firman Tuhan yang berkuasa itu, kita ingat senantiasa dan imani dalam hidup kita.  Perkataan Kristus itu akan menyentuh setiap hati orang dan membawa kepada suatu perubahan yang baik. Perkataan Kristus itu penuh dengan hikmat. Baiklah kita bertutur kata dengan hikmat Tuhan.
  3. Memuliakan Tuhan dalam segala aspek hidup kita.
    Apapun yang kita katakan atau perbuat, biarlah itu mempermuliakan nama Tuhan.  Jadilah terang melalui perkataan dan perbuatan kita. Janganlah ada caci maki dan kata-kata kotor keluar dari mulut kita agar kita senantiasa dapat mempermuliakan nama Tuhan.  Janganlah kita berbuat yang bertentangan dengan firman Tuhan, agar nama Tuhan jangan menjadi dipermalukan.

Kita dapat hidup penuh dengan damai sejahtera Kristus, bila kita mau dipenuhi oleh damai sejahtera-Nya.  Fokuskan pikiran kita kepada Tuhan Yesus Kristus, fokuskan pada perkara yang di atas, yakni perkara sorgawi, maka kita akan dapat melihat dan memaknai setiap kejadian di dunia ini dengan benar dan selalu penuh damai sejahtera, tanpa kekuatiran, kecemasan, kegelisahan, kebencian, ketakutan, dan pertentangan,  Tuhan Yesus memberkati kita semua. Amin.

Menyesatkan atau Membimbing Anak Kecil?

Anak-anak kecil paling gampang percaya kepada sesuatu dan akan kuat dalam memegang prinsip kepercayaan itu.  Mereka tergolong kelompok yang “belum tahu membedakan tangan kanan dan tangan kiri”.   Maka dari itu, beban tanggung jawab terbesar dalam mengarahkan anak-anak ada pada orang dewasa, dalam hal ini bisa orangtua, om dan tante, kakek dan nenek,  guru atau keluarga lainnya.

Dalam Markus 9:42 tertulis:
“Barangsiapa menyesatkan salah satu dari anak-anak kecil yang percaya ini, lebih baik baginya jika sebuah batu kilangan diikatkan pada lehernya lalu ia dibuang ke dalam laut.”

Ayat ini menegaskan pentingnya peranan orang dewasa dalam membimbing anak-anak dan peranan itu tidak boleh disalahgunakan untuk penyesatan.  Menyesatkan seorang anak kecil adalah suatu dosa, dan inilah yang ditekankan oleh Tuhan Yesus.

Salah satu prioritas utama seorang yang beriman, terlebih lagi orang tua dalam hal ini, adalah memberi teladan lewat cara hidup dan ajaran bagi anak-anaknya.  Dengan demikian, anak-anak dapat melihat dan merasakan kasih yang tulus dari orangtua.  Orangtua juga harus menjaga anak-anak agar terhindar dari pengaruh jahat dari dunia ini.

Dorothy Lawe Holt menulis:
Jika seorang anak dibesarkan dengan kritikan,
maka ia belajar untuk menghakimi.
Jika seorang anak dibesarkan dengan kebencian,
ia belajar untuk berkelahi dan menentang,
Jika seorang anak dibesarkan dengan cemoohan,
maka ia akan menjadi pribadi yang tidak menghargai dirinya sendiri.
Jika seorang anak hidup dengan aib,
maka ia menjadi pribadi yang merasa bersalah.

Namun,
Jika seorang anak hidup dalam toleransi,
ia belajar untuk menjadi sabar,
Jika seorang anak hidup dengan dukungan semangat,
ia akan menjadi percaya diri,
Jika seorang anak hidup dengan penghargaan,
ia belajar untuk menghargai.

Jika seorang anak hidup dengan keadilan,
ia belajar untuk menjadi adil.
Jika anak hidup dengan penerimaan,
ia belajar untuk menghargai dirinya sendiri.
Jika anak hidup dalam persahabatan dan kasih,
ia belajar untuk mengasihi sesamanya.

Saudara yang terkasih, mau menjadi apa anak kita, adalah tergantung dari apa yang kita lakukan pada mereka.  Berdoalah buat mereka, berkatilah mereka, dan ajarkan mereka iman dan teladan hidup yang baik agar mereka menjadi anak-anak yang cinta akan Tuhan dan mengasihi sesama.